29 Oktober 2011

Epilepsi pada Anak Bisa Disembuhkan


 Epilepsi pada anak-anak dapat disembuhkan dengan menjalani pengobatan rutin yang teratur, selama minimal dua tahun sejak kejang yang muncul terakhir. Penanganan yang benar dan rutin terbukti menaikkan tingkat kesembuhan pasien hingga di atas 80 persen.

Hal ini disampaikan Irawan Mangunatmadja dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dalam seminar yang diselenggarakan Perhimpunan Penanggulangan Epilepsi Indonesia (Perpei) dan Yayasan Epilepsi Indonesia, Sabtu (5/4).

Irawan melihat tingginya angka kejadian epilepsi pada anak, yaitu pada anak usia 1 bulan sampai 16 tahun berkisar 40 kasus per 100.000. Penyebab epilepsi itu karena adanya infeksi virus, cedera kepala, gangguan pembuluh darah otak, dan cacat lahir. ”Bayi yang lahir dengan berat di bawah normal juga berisiko terkena gangguan ini,” ujar Irawan.

Dijelaskan Ketua Perpei, Lyna Soertidewi, epilepsi diakibatkan tidak normalnya aktivitas listrik pada otak. Hal ini menyebabkan kejang dan perubahan perilaku dan hilangnya kesadaran. Gangguan ini dapat berlangsung menahun dan manifestasi serangannya berbeda-beda tergantung bagian fungsi otak yang terganggu.

”Epilepsi dapat diobati sehingga serangan dapat dikurangi bahkan dihilangkan,” kata Soertidewi.
Hal ini dapat tercapai bila penderita mengikuti petunjuk dokter serta disiplin minum obat yang diberikan dokter. Tujuan pemberian obat ini adalah menyeimbangkan kimiawi dalam otak yang memicu gangguan kelistrikannya. Pada anak tingkat kesembuhan dapat dicapai sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan sel otaknya.

Jenis epilepsi

Ada dua jenis epilepsi yang dikenal, yaitu epilepsi umum, berupa hilangnya kesadaran, kejang seluruh tubuh hingga mengeluarkan air liur berbusa dan napas mengorok, serta terjadi kontraksi otot yang mengakibatkan pasien mendadak jatuh atau melemparkan benda yang tengah dipegangnya.
Selain itu dikenal epilepsi parsial yang ditunjukkan oleh rasa kesemutan atau rasa kenal pada satu tempat yang berlangsung beberapa menit atau jam. Bisa juga, rasa seperti bermimpi, daya ingat terganggu, halusinasi, atau kosong pikiran. Seringkali diikuti mengulang-ulang ucapan, melamun, dan berlari-lari tanpa tujuan.
”Epilepsi parsial ini dapat berkembang menjadi epilepsi umum,” ujar Soertidewi menjelaskan.
Selain pada anak, M Hakim, Sekjen Perpei, melihat terjadinya peningkatan kasus epilepsi yang muncul pada orang dewasa. Gangguan di otak ini disebabkan oleh kerusakan jaringan, misalnya karena tumor, dan trauma di kepala akibat kecelakaan lalu lintas.
”Kenaikan kasus ini di Jakarta berkaitan dengan peningkatan jumlah kecelakaan pengendara sepeda motor,” kata M Hakim.
Pengobatan epilepsi yang menelan biaya tinggi dan jangka panjang tentu akan memberatkan bagi pasien yang tingkat ekonominya rendah.
Untuk itu, pihaknya memberikan layanan pengobatan dengan biaya rendah hanya 50 persen dari harga umumnya. Layanan pengobatan murah itu dibuka di Puskemas Jatinegara dan Tebet.